NARASI PEMIKIRAN SOEKARNO TERHADAP PERISTIWA REVOLUSI
Dina Herliyana
NISN.
0057411306
Tahun
Angkatan 2022/2023
SMA
NEGERI 1 CIRUAS
Citerep,
Kec. Ciruas,
Kabupaten
Serang, Banten 42182
20 November
2022
Identitas
Buku
Judul Buku : Dibawah Bendera Revolusi Jilid 1
Penulis : Ir. Soekarno
Penyunting : Sigit Parikesit
Penerbit : Banana Books
Kota
Terbit :
Jakarta
Tahun
Terbit : 2016
Halaman Buku : 671 halaman
Tebal Buku :
29,7 cm
Sinopsis
‘’
Berikan aku 1000 orangtua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda niscaya akan
kuguncangkan dunia. “ -- Bung Karno
Buku ‘’Dibawah Bendera Revolusi Jilid
1” adalah buku karya Presiden Republik Indonesia yang pertama yaitu Ir
Soekarno. Selain terkenal karena pidatonya yang membakar semangat, Soekarno
juga aktif dalam perjuangan melalui tulisan karena mempunyai pemikiran orisinil
dan matang tentang bangsa dan negara yang dipimpinnya. Sejak masih belajar di
Hogere Burgerschool (HBS) di Surabaya, Soekarno sudah mulai gemar mengarang.
Kegemaran itu bertambah lagi semasa beliau menjadi mahasiswa Technische
Hogeschool (THS) di Bandung. Soekarno bersama-sama dengan kawan-kawannya
akhirnya mendirikan Partai Nasional Indonesia ( PNI ) dan Partai Indonesia (
Partindo ) untuk mencurahkan fikiran dalam karang-mengarang. Bahkan, ketika
beliau diasingkan ke Endah dan akhirnya ke Bengkulen, Soekarno tidak pernah
berhenti menuangkan pemikirannya dalam tulisan.
Buku “ Dibawah Bendera Revolusi Jilid
1” ini berisi tentang kumpulan
gagasan Soekarno terhadap Indonesia yang dicita-citakan, serta ada beberapa
pidato kenegaraan dari sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia juga membedah
segala permasalahan bangsa Indonesia pada masa kolonial. Diantara isi buku ini
yaitu ada ajaran tentang Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme, Islam
sontoloyo, menjadi guru dimasa kebangunan, mencapai Indonesia merdeka, dan
masih banyak lagi.
Yang menarik dari salah satu judul dalam
buku tersebut adalah Mencapai Indonesia Merdeka. Judul ini diawali dengan
sebuah kutipan,
“Hanya rakyat yang mau merdeka bisa
merdeka” - Tilak
Dalam judul mencapai Indonesia merdeka,
Soekarno menceritakan sebab-sebab Indonesia tidak merdeka yaitu karena pada
masa itu masyarakat Indonesia sedang berada di fase “in transformatie”,
yakni suatu masyarakat yang sedang “berganti bulu”. Karena pada saat itu
Indonesia dikuasai oleh feodalisme-kuno terutama feodalisme
Brahmanisme, yang memandang masyarakat berdasarkan kasta. Feodalisme
itu kemudian didesak oleh feodalisme baru yaitu feodalismenya ke-Islaman
yang demokratis dan tidak memandang kasta.
Akhirnya, terjadi pertempuran antara feodalisme-kuno
dan feodalisme-baru itu, misalnya pertempuran antara Demak dan
Majapahit, atau Banten dan Padjajaran, pertempuran itulah yang membuat badan
masyarakat menjadi “sakit”. Disaat masyarakat sedang “sakit” itu bangsa dari
benua Eropa datang dan masyarakat yang sakit itu tidaklah mendapat kesempatan
menjadi sembuh, malahan makin lama makin menjadi lebih sakit, makin habis semua
tenaga dan energinya.
Soekarno juga menceritakan bahwa bangsa
Eropa menerapkan imperialisme yang merupakan anak dari kapitalisme.
Awalnya yang diterapkan adalah imperialisme kuno yang dibawa dengan
cara-cara kuno seperti culturstelsel, yaitu memaksa masyarakat Indonesia
menanam demi menjaga monopoli dengan cara kekerasan dan kekejaman. Kemudian,
munculah imperialisme modern dimana dibawa dengan cara-cara modern
seperti “kaum buruh merdeka”, “penyewaan tanah merdeka”, “persaingan merdeka”,
mendirikan pabrik-pabrik, perusahaan tambang, perusahaan kereta api, dan
lain-lain. Bentuk imperialisme modern juga seperti, contingent dan
leverantian. Serta penanaman modal asing. Dampak dari imperialisme
ini membuat masyarakat sengsara terutama kaum petani, masyarakat tidak bisa mendapatkan uang dan banyak
kelaparan karena tidak memiliki uang untuk membeli makan.
Memang imperialisme mendatangkan
kemajuan dalam beberapa aspek, seperti pendidikan, pembuatan jalan,
pabrik-pabrik, dan lain-lain. Tapi kemajuan-kemajuan itu hanya untuk kaum imperialisme
bukan untuk masyarakat Indonesia.
Selain kerusakan lahir, disini juga
diceritakan bahwa rakyat Indonesia mengalami kerusakan batin misalnya rakyat
Indonesia yang dikenal gagah berani, yang tidak gampang tunduk kini menjadi
suatu rakyat yang hilang keberaniaannya dan kegagahannya. Masyarakat Indonesia
juga mengira bahwa kaum imperialisme saja yang bisa pandai, berilmu,
membuat jalan, membuat jalan kereta api, dan lain-lain.
Tetapi akhirnya semangat untuk menghapus
imperialisme bangkit dan Indonesia mulai melakukan perlawanan. Menurut
pemikiran Soekarno untuk mengusir kaum imperialisme perlu adanya
perlawanan menyeluruh untuk mencapai kemerdekaan. Oleh karena itu, didirikanlah
suatu partai untuk mendidik rakyat, menuntun rakyat, mengolah tenaga rakyat,
dan menjadi pelopor rakyat untuk mencapai cita-citanya. Dalam tulisannya Soekarno
juga berpesan kepada para pemuda untuk meneruskan perjuangan bangsa Indonesia.
Selain itu, ada juga tulisan yamg
berjudul Islam Sontoloyo. Dimana Ir Soekarno dalam tulisan Islam
Sontoloyo nya, menyoroti habis-habisan terhadap Islam yang cenderung tidak
bertumpu pada ajaran Islam yang sejati, akan tetapi sudah terjadi sinkretisme
antara ajaran Islam dengan kebudayaan pribumi sisa-sisa pemikiran animisme,
dinamisme, hindu dan budha, sehingga melahirkan Islam-Islam kejawen yang
cenderung kolot yang menjadi dasar mengapa umat Islam tertinggal dalam segi
sains, teknologi, dan sebagainya,
Beliau mencontohkan bahwa ada pendapat
yang keras antara ulama mengenai halal tidaknya transfusi darah antara orang
beragama Islam dan non Islam, ada beberapa ulama menganggap itu haram, karena
tidak boleh disatukan antara darah muslim yang suci dengan darah orang kafir.
Ada pula yang beliau bercerita mengenai anaknya dijilat anjing, si anak bingung
karena menurut agama umum harus dibasuh dengan tanah hingga tujuh kali, dengan
enteng, Soekarno menjawab yang intinya “ cuci saja dengan sabun, dahulu di
zaman nabi belum ada sabun, makanya memakai tanah.”
Dan ada tulisan yang berjudul Menjadi Guru di Masa Kesebangunan. Dalam tulisannya Soekarno mengungkapkan pandangannya untuk menjadi pemimpin yaitu guru. Baik gurunya pembaca surat kabar, gurunya masyarakat desa, gurunya pegawai-pegawai maupun gurunya semua orang. Seorang guru harus memiliki soko guru yaitu kemerdekaan, kesatriaan, dan kerakyatan karena sebagai pembentuk akal dan jiwa anak-anak.
· Kelebihan buku Dibawah Bendera Revolusi
Buku
ini seolah-olah mengajak pembaca memikirkan peristiwa yang terjadi dari sudut
pandang Soekarno dan merasakan langsung kejadian tersebut. Selain itu, di dalam
buku “Dibawah Bendera Revolusi” terdapat pesan dan gagasan pemikiran Soekarno
terhadap bangsa Indonesia sehingga masih mampu dijadikan pijakan dasar untuk
melihat Indonesia di masa lalu maupun masa kini, agar menjadi pembelajaran
untuk menyusun masa depan yang lebih baik. Serta di buku ini terdapat kata yang
memotivasi seperti “Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda
dapat mengubah dunia” dan masih banyak kata lainnya yang dapat membakar
semangat sehingga setelah membaca buku ini dapat membuat pembaca lebih
bersemangat.
·
Kekurangan buku
Dibawah Bendera Revolusi
Di
awal membaca buku “Dibawah Bendera Revolusi Jilid 1” saya mengalami kebingungan
karena tidak adanya halaman dalam daftar isi hanya dilampirkan judul dari
pemikiran Soekarno sehingga sulit untuk menemukan halaman dari judul yang ingin
dibaca. Dibuku ini juga terdapat istilah asing yang tidak mudah dipahami
seperti levenshouding, seharusnya istilah asing tersebut dijabarkan agar
pembaca tidak mengernyitkan dahi ketika membaca serta banyak kata-kata zaman
dahulu yang rancu seperti afgezaagd sehingga perlu adanya perbaikan
kata-kata supaya lebih mudah untuk dipahami.
Susunan
buku ‘’Dibawah Bendera Revolusi” juga tidak
sistematik dengan buku pada umumnya, karena berupa kumpulan dari berbagai
tulisan yang disatukan berdasarkan judul bukan berdasarkan bab yang terdiri
dari pendahuluan hingga kesimpulan dan saran, sehingga pembaca harus
betul-betul cermat dalam mengkaitkan peristiwa antara satu tulisan dengan
tulisan yang lain. Karena hal tersebut juga cerita ini perlu dilakukan dalam 2
kali baca atau bahkan lebih untuk memahami bacaan.
Komentar
Posting Komentar